Aku Menjadi Fotografer Untuk Melda
by
March 19, 2019
0
comments
Agen Bola Online
Agen Bola Terpercaya
Agen Casino Online
Agen Judi Terpercaya
Agen Poker Online
Agen Poker Terpercaya
Agen Sbobet Terbaik
Agen Sbobet Terpercaya
Lautanbola88 - Cerita ini bisa dibilang merupakan pengalaman
pribadiku, Sebuah hubungan ‘gelap’ dengan seorang gadis bernama Melda. Dibilang
hubungan ‘gelap’ karena aku sendiri sudah beristri dan beranak, dan aku kenal
baik dengan ayah Melda yang juga merupakan rekan bisnisku. Tapi aku sebelumnya
belum pernah ketemu Melda karena dia sekolah di luar kota. Keluarga Melda
merupakan keturunan Tionghoa yang cukup lumayan bisnisnya. Perkenalanku dengan
Melda berawal pada saat aku menghadiri peresmian salon & butik milik Linda
dimana aku terlibat dalam pembuatan sistem back-officenya, Linda adalah adik
ipar Melda.
Wajah Melda terlihat mirip presenter Yuanita Kristiana tapi
sedikit lebih kurus dan pendek, sedang Linda berwajah manis biasa dan badan sedikit
lebih berisi dibanding Melda. Kami sempat ngobrol lama pada acara itu dan
selanjutnya tidak pernah ketemu lagi selama kira-kira sebulan.
Pada suatu siang saat aku sedang hunting foto Linda
menelponku supaya aku mampir ke kantornya karena ada sesuatu yang ingin
dibicarakan mengenai program office-nya, dan aku pun langsung meluncur kesana
menemuinya. Sesampainya di kantor Linda kami langsung membicarakan pekerjaan
kami di ruangan dia.
Selang beberapa saat datang Melda sambil membawa bungkusan.
“Eh…, ada mas Budi.. Kebetulan nih, aku bawa burger.. Kita
lunch sekalian yuk..” kata Melda.
“Ah, aku sudah makan kok barusan..” jawabku basa-basi.
“Gak apa-apa, mas.. Temenin ci Melda tuh, kebetulan aku ada
janji sama client nih..” sahut Linda.
“Oke deh kalo begitu..” jawabku.
“Kita makan di atas aja yuk, mas.. Sambil liat ruang senam yang
baru..” ajak Melda.
“Atas mau dibuat sanggar ya?” tanyaku sekenanya.
“Nggak kok, mas.. Tu ci Melda pengen punya ruang senam
pribadi aja..” sahut Linda.
“Oooo, gitu..” jawabku sambil manggut-manggut.
“Udah sana ke atas temenin ci Melda, kelaparan tuh..!” kata
Linda.
“Ha..ha..ha.. Ayuk, mas..! See you Linda..!” sahut Melda
sambil keluar ruangan diikuti aku.
Kami naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan
berukuran kira-kira 8X6m. Lantainya karpet abu-abu dan temboknya dilapisi bahan
peredam warna hitam. Ruangan itu kosong, hanya ada satu meja kerja dan laptop
di pojok, sofa panjang dengan satu meja di depannya, dan lemari kecil disamping
meja kerja dengan seperangkat home-theatre di atasnya. Sebuah kaca yang besar
terpasang di salah satu sisi dinding, ukurannya hampir memenuhi satu sisi
dindingnya. Beberapa lampu dinding tampak terpasang dan di langit-langit
terdapat 6 lampu sorot kecil. Indah sekali, batinku sambil melihat sekeliling
ruangan.
“Silahkan duduk, mas.. Aku setel musik dulu” kata Melda
sambil menyalakan CD dan alunan piano Richard Clayderman mulai terdengar sayup.
“Suka lagu-lagu gini mas?” kata Melda sambil membuka
bungkusan burgernya dan menyiapkan untuk kami berdua.
“Suka.. Apalagi dengerin sambil cari inspirasi..” jawabku
sambil meletakkan tas kameraku.
“Wah, suka fotografi ya..?” tanya Melda.
“Hobi aja sih, gak buat profesi. Kalo ada yang pake sih gak
nolak.. Hehehe..” jawabku sambil makan.
“Hobi kalo menghasilkan kan bagus tuh..” kata Melda sambil
ikut makan.
Kami pun makan sambil ngobrol kesana-kemari, bercanda dan
kadang main tebak-tabakan. Setelah selesai makan Melda segera membersihkan
sisa-sisa dan bungkus makanan kami.
Mendadak dia bertanya kepadaku “Mas, aku kasih job foto
mau?”
“Emmm…, gimana ya? Job foto gimana? Kalo acara-acara resmi
atau wedding aku belum pernah sih..” jawabku ragu.
“Foto aku..! Aku ingin difoto sendiri, privat..!” kata Melda
“Maksudnya kamu mau difoto seperti model gitu..?” tanyaku.
“Iya, tapi khusus buat aku pribadi lho.. Berapa harganya,
mas..?” balas Melda.
Wah, aku belum pernah dapat job foto model gini, batinku
bingung.
“Gampang soal itu deh.. Kayak sama siapa aja, lagian buat
eksperimen aku juga..” jawabku sekenanya.
“Bener nih..? Kalo iya, kita mulai aja..!” kata Melda.
“Sekarang? Lokasinya mau dimana?” tanyaku.
“Disini aja, kira-kira bagus gak suasananya? Kalo diluar
berarti harus cari lokasi dulu deh..” kata Melda.
Aku melihat sekeliling ruangan. Tampaknya layak juga untuk
foto session. Dinding, lampu ruang yang bisa diatur, suasana, semua oke sih.
“Oke, bisa kok disini kalo mau..” kataku.
“Siiipp…! Sebentar, aku make-up dan cari baju dulu ya..”
kata Melda sambil keluar ruangan.
Aku segera menyiapkan kamera SLR-ku dan perlengkapannya,
lalu mengambil sample seting pencahayaan disitu (mirip profesional? Hahaha..!)
Tak beberapa lama Melda masuk kembali, kali ini dia tampak
lebih cantik dengan dandanannya. Dia memakai celana jeans pendek sekali dan
t-shirt besar warna putih. Pahanya yang mulus semakin kelihatan jelas dan
rambutnya yang bergelombang sebahu dibiarkan terurai. Pundaknya yang putih
nampak terbuka sebagian karena t-shirtnya yang lebar itu. Tidak nampak adanya
tali BH membuatku semakin penasaran. Pikiranku mulai melayang kemana-mana nih..
“Kok melamun sih…? Gimana penampilanku?” kata Melda
membuyarkan pikiranku.
“eh.. mmm.. Bagus kok..” jawabku gugup.
“Keliatan sexy gak, mas..?”
“Sexy kok, kamu juga keliatan cakep..” jawabku polos.
“Ihh… Mas Budi jangan ngeledek, ah..”
“Bener kok, Mel.. You’re look so beautiful and sexy..!”
jawabku.
“Kita mulai aja ya..” ajak Melda sambil pasang gaya.
“Kita ambil sample dulu ya..” jawabku sambil mulai jepret
dia beberapa kali.
Setelah sepakat dengan hasilnya, kami melanjutkan sesi foto
kami. Melda nampak luwes dalam bergaya.
Dalam beberapa pose dia nampak ingin tampil sexy dengan
menurunkan belahan pundaknya, membuatku makin penasaran saja.
Akhirnya aku pun berkomentar juga “Yang lebih menantang
dong, Mel…”
“Oke…” jawab Melda, Agen Bola Online.
Kemudian dia memasukkan tangan ke dalam t-shirtnya lalu
melempar sesuatu ke lantai. Wow..! itu tadi ternyata BH tanpa talinya, Melda
sekarang tidak pakai BH. Aku kembali melihatnya, tambah kelihatan sexy karena
putingnya kelihatan menonjol dibalik t-shirtnya.
“Ready..?” tanyaku.
“Oke..” jawab Melda.
Melda mulai berpose lagi, kali ini semakin berani. Dia mulai
melorotkan t-shirtnya sehingga nyaris kelihatan payudaranya, belum posenya yang
membuat laki-laki bergetar.
Tak berapa lama Melda membuka retsleting celananya sehingga
CD-nya yang berwarna merah kelihatan. Dia terus bergaya dengan pose yang
semakin menantang.
“T-shirtnya buka aja, Mel..” kataku tanpa sadar.
“Malu, ah mas..!” jawab Melda.
“Gak apa-apa.. kan ini cuma buat pribadi aja…” kataku.
“Malu sama mas Budi, tau..!” kata Melda.
“Gak apa-apa kok.. Kayak sama siapa aja..” jawabku semakin
berani.
“Oke lah..” jawab Melda sambil membuka t-shirtnya sambil
membelakangiku.
“Ok, pose gitu ya.. Muka noleh ke kamera dong..” kataku.
Aku ambil gambarnya beberapa kali dalam pose itu.
“Hadap samping, Mel..” kataku.
Melda pun berpose menghadap samping dengan tangan menutupi
dadanya dan wajah ke kamera. Setelah beberapa kali jepretan, aku memintanya
menghadap kamera. Melda pun menurut dengan tangan tetap di dada. Uuhh… Membuat
semakin penasaran nih, batinku.
“Jangan ditutupi dong, Mel..” kataku.
Melda tidak menjawab tapi langsung berpose dengan berkacak
pinggang. Payudaranya yang tidak terlalu besar tapi kencang dan bagus bentuknya
dengan puting menantang langsung kelihatan. Aku sempat terpana melihat
pemandangan itu, betul-betul topless.
“Udah, jangan melongo gitu mas..! Katanya suruh kelihatan..”
kata Melda sambil tersenyum.
“Ehh… i..i..iya..” jawabku gugup sambil siap untuk memotret.
Kurasakan adik kecilku mulai mengeras juga. Wah, gawat nih.., batinku.
Setelah beberapa jepretan kami lalu beristirahat dan Melda
mengenakan t-shirtnya lagi. Kami melihat hasil jepretanku di kamera sambil
duduk di lantai karpet.
“Kurang jelas mas, kecil2 banget..” kata Melda.
“Liat pake laptop aja, entar aku sambungin..” jawabku.
Melda berdiri mengambil laptop di meja, langsung aku sambung
ke kamera dan aku transfer foto-foto tadi.
Kami melihat hasil dari awal sambil saling berkomentar hasilnya.
Sampai pada foto topless Melda terdiam sambil mengamati satu persatu, aku
pura-pura cuek aja.
“Mas, foto lagi yuk..” mendadak Melda berkata padaku.
“Oke…” jawabku.
“Tapi….” kata Melda sambil menatapku, ada keraguan di mata
dan nada bicaranya.
“Kenapa, Mel..?” tanyaku.
“Aku mau difoto naked, telanjang..! Tapi yang kelihatan
art-nya gitu.. Kira-kira gimana, mas..?” jawab Melda.
Aku sempat kaget, bingung, dan mungkin girang campur aduk
jadi satu.
“Eeee… bisa kok.. Lagian kamu punya tubuh yang bagus, pasti entar
keliatan indah hasilnya..” jawabku sekenanya.
“Ah.. Mulai tuh gombalnya…” kata Melda tersipu.
“Suer… Bener kok.. Kamu cakep, punya body bagus, mulus..
Kurang apalagi coba..?” kataku sambil berharap mudah-mudahan dia jadi difoto.
“Oke lah… Ayuk, kita mulai..” kata Melda sambli berdiri.
Yess..!! Aku bersorak dalam hati.
Melda mulai melepas t-shirt, celana pendeknya, lalu CD-nya
sambil membelakangiku. Aku langsung mengambil gambarnya dari posisi belakang
sambil mengarahkan gayanya. Melda menurut saja dengan arahanku dari mulai
menghadap samping sampai ke kamera tapi dengan pose tangan tetap menutupi dada
dan bagian bawahnya. Melda nampak enjoy dengan posenya yang semakin berani.
Adik kecilku kembali terasa tegang, tapi tidak kuhiraukan karena asyik
memotret.
“Open semua aja, Mel.. Nanggung..” kataku nekat. Melda
kembali tersenyum dan perlahan melepas kedua tangannya dari dada dan bawahnya.
Wow..! Perfect..!
Body Melda proporsional walaupun bisa dibilang agak kurus.
Payudaranya tidak terlalu besar tapi bagus bentuknya, pantatnya pun sedang,
jembinya kelihatan tipis dan rapi. Aku masih tertegun melihat pemandangan itu
ketika Melda berkata “Tuh, kan.. Malah melongo.. terusin gak nih..?!”
“i..i..iya.. Terusin.. Habisnya kamu perfect, Mel..” jawabku
tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
Lalu kami mulai lagi sesi pemotretannya. Kali ini Melda
benar-benar pose telanjang. Dia nampak enjoy dengan posenya, bahkan semakin
lama semakin berani dan menantang. Kulihat sekilas dia merasa horny juga. Aku
pun jadi semakin berani mengambil gambar bagian-bagian vitalnya dari dekat dan
berbagai posisi. Adik kecilku terasa semakin berontak tapi aku tak peduli sambil
terus mengambil gambar Melda.
Setelah berapa puluh jepretan kami pun kembali istirahat
duduk di lantai sambil melihat hasil sesi kami. Kali ini Melda tidak langsung
mengenakan bajunya, dia hanya menutup dadanya dengan t-shirtnya. Aku
disampingnya dengan perasaan tidak karuan. Bagaimana tidak? Ada mahluk manis
dan sempurna telanjang bulat disebelahku!
Satu persatu dia mengamati fotonya di laptop dengan serius,
seakan sedang menilai bentuk tubuhnya sendiri.
“Sempurna, Mel..” kataku tanpa sengaja terlepas.
“Ah, mas bisa aja.. Biasa aja kaleee..” kata Melda sambil
mencubit pahaku.
“Yakin, Mel.. Ga bohong kok..” jawabku.
“iihhhhh, genit ah..!!” kata Melda merajuk sambil memukuli
pahaku.
“Kamu tuh yang jadi genit kalo gini.. Cewek genit kan
sukanya gitu..” jawabku.
“Tuhhhh kan… Malah ngeledek, awas lho..” Kata Melda sambil
memukuli pundakku dengan tangan satu karena satunya memegangi t-shirt di
dadanya.
Aku tertawa sambil memegang tangan yang memukuliku. Tanpa
sadar tangan satunya berusaha memukulku juga sehingga t-shirtnya terlepas, aku
langsung terdiam melihat payudaranya. Melihatku terdiam Melda langsung sadar
dan segera melepas tangannya dan menutupi dadanya sambil tersipu melihatku. Aku
menatap wajahnya yang tersipu itu, Melda nampaknya jadi salah tingkah dan
terdiam menatapku juga.
Perlahan aku memegang kedua tangan yang menutupi dadanya
lalu kulepas dari dadanya. Melda diam saja sambil kami bertatapan tapi wajah
kami semakin mendekat entah siapa yang duluan. Lalu kukecup bibir tipisnya, dia
diam saja sambil memejamkan matanya. Kali ini kucium bibirnya dan dia mulai
membalas ciumanku, akhirnya bibir kami saling bertaut. Tak berapa lama Melda
melepas tangannya dari peganganku dan langsung memeluk leher serta kepalaku.
Ciuman bibirnya bertambah ganas, nafasnya pun jadi semakin cepat. Hmmm.. Melda
mulai naik nih.., batinku. kami pun saling berpelukan sambil saling bermain
mulut dan lidah.
Tanganku perlahan mulai gerilya di dada Melda. Kuraba dan
kuelus payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya, kadang kuremas
perlahan. Melda semakin ganas menciumku dan semakin erat memelukku. Kemudian
perlahan kurebahkan tubuhnya di lantai karpet sambil kami tetap saling
berpagut.
Dengan posisi Melda yang rebah semakin memudahkan tanganku
untuk menjelajahi tubuh mulusnya. Sambil terus berpagut bibir tanganku mulai
memainkan payudaranya, kanan kiri bergantian. Kuremas perlahan dan kumainkan
putingnya yang makin mengeras.
Lalu kulepas bibirku kemudian mulut dan lidahku mulai
menjelajahi leher Melda, setelah puas terus turun ke arah payudaranya. Kukecup,
jilat dan hisap payudara Melda satu persatu sementara tanganku mulai menjelajah
ke selangkangan Melda. Melda mulai mendesah dan menggeliat merasakan naik
birahinya ketika tanganku menyentuh pintu meqinya. Aku terus mempermainkan
payudara Melda dengan mulutku sementara jariku memainkan pintu meqinya. Melda
semakin menggelinjang sambil mendesah-desah dengan mata tertutup menikmati
permainan ini.
Kemudian perlahan kuarahkan lidahku turun ke arah perut
Melda, kujelajahi bagian perutnya dengan lidah dan mulut sampai akhirnya
berhenti di dekat meqinya. Lalu aku beranjak dan duduk di depan selangkangan
Melda dan segera kubuka lebar kedua kakinya. Kujilati mulut meqinya yang mulai
basah perlahan sambil sesekali kumasukkan lidahlu kedalam lubangnya. Ternyata
meqi Melda tidak berbau sama sekali dan dia sepertinya sudah bukan perawan,
membuat aku semakin asik memainkannya. Melda semakin menggelinjang sambil
memegang kepalaku, mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan kenikmatan
“oooohhhh… aaahhhhh.. Masss… uuuuhhh….”
Aku terus memainkan lidahku di meqi Melda yang semakin basah
oleh cairannya. Tak berapa lama dia menggelinjang hebat dan meqinya tampak
semakin membanjir oleh cairannya dan desahannya semakin bertambah keras
“aaaahhhh…! uuuuuhhh…massss…! Terusssss….! ooooouuughhhh…!!”
Rupanya dia sudah orgasme oleh lidahku. Seketika itu juga
aku teringat pintu sudah dikunci atau belum, kuatirnya ada orang mendengar dan
masuk. Aku menghentikan aktivitasku dan bermaksud mengunci pintu.
Melda ikut bangun menatapku dan berkata dengan nada protes,
“Kok berhenti sih.. Kenapa..?!”
“Pintu udah dikunci belum tuh?”
“Udah.. Tadi aku kunci kok..”
“Mel, aku mau nanya sesuatu boleh?” tanyaku pelan, aku ingin
yakin dia masih perawan atau tidak. Kalo masih, aku gak mau nerusin ini. Aku
gak mau merusak dia juga.
“Nanya apa, mas..?” sahut Melda sambil memegang tanganku.
“eemmmm.. Kamu masih virgin gak?”
“Emang kenapa mas? Bedanya apa?”
“Aku gak mau merusak kamu kalo kamu masih virgin, Mel…”
jawabku.
“Aku udah gak virgin kok.. Tenang aja..” kata Melda sambil
mulai menciumi leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku. Aku diam
saja menikmati cumbuan Melda disekitar leherku sementara bajuku sudah mulai
terlepas semua. Melda terus turun ke dadaku dan mulai menghisap putingku sambil
kuelus pelan rambutnya yang harum, semakin membuatku sangat ingin
‘meng-eksekusi’ dia.
Perlahan Melda mendorongku hingga rebah dilantai sambil
mulutnya terus mencium dan menjilati dadaku serta tangannya mulai meraba
kedalam celanaku, setelah tangannya medapatkan kontolku langsung dipegangnya
dan dipijit-pijit lembut. Kemudian Melda mulai membuka retsleting celanaku,
tampak ujung kontolku menyembul dari balik CD-ku. Tak berhenti sampai situ
Melda segera melorotkan celana dan CD-ku, aku pun langsung membantu melepasnya.
Sejenak Melda menatap kontolku yang sudah berdiri tegak dan
keras dengan pandangan yang tak kumengerti. Ukurannya sih biasa, gak gede-gede
amat, tapi mengacung dengan sangat keras. Perlahan Melda mulai mengelus
kontolku, kemudian menjilatinya dengan lembut, sangat nikmat sekali jilatannya.
Lalu Melda mulai memasukkan kontolku ke mulutnya memulai prosesi BJ-nya. Serasa
sekujur tubuhku seperti kesetrum sampai ubun-ubun menikmati BJ Melda, perlahan
tapi pasti mulutnya maju-mundur mengulum kontolku sambil sesekali dijilati dan
dikocok pelan kontolku.
“oohhh, Mel… Kamu hebat, sayang…” kataku disela-sela
desahanku menikmati BJ-nya.
Lalu kuraih dan kuangkat tubuh Melda yang sedang mem-BJ-ku
naik ke atas tubuhku hingga posisi kami jadi 69, posisi favoritku. Meqi Melda
kini tepat di wajahku dan segera kujilati, Melda kembali menggelinjang diatas
tubuhku. Semakin kerap aku memainkan meqinya dengan lidahku Melda semakin ganas
dalam BJ-nya, mungkin disebabkan karena birahinya yang semakin tinggi. Cukup
lama kami dalam posisi itu hingga akhirnya Melda kembali menggelinjang keras
sambil melenguh panjang dan meqinya bertambah basah menandakan dia mengalami
orgasme lagi. Kontolku yang sedang di BJ Melda pun semakin merasakan sesuatu yang
akan keluar tapi aku masih berusaha menahannya, akhirnya kuhentikan aktivitasku
dan berguling kesamping menurunkan tubuh Melda. Kini dia tergeletak pasrah di
lantai, semakin membuatku ingin segera menerkamnya. Aku merebahkan diri
disampingnya dan kembali menjilati putingnya sambil meremas-remas payudaranya.
Tangan Melda meraih kontolku lalu meremas dan mengocoknya.
Tak lama kemudian Melda menarik tubuhku untuk menindihnya,
rupanya dia sudah ingin dieksekusi tapi malu untuk mengatakannya. Aku pun
segera menindihnya tapi tak kumasukkan kontolku ke meqinya sambil kutatap Melda,
tampak pandangannya seperti sedang mengharapkan sesuatu. Kuciumi leher Melda
sambil menusuk-nusukkan kontolku ke permukaan meqinya, sengaja tidak kumasukkan
dulu supaya dia tambah penasaran. Rupanya Melda sudah tidak tahan, kakinya
semakin lebar mengangkang membuka jalan untukku.
Perlahan kugenjot pinggangku dan masukkan kontolku ke
meqinya secara bertahap. Melda memelukku erat ketika perlahan meqinya dimasuki
kontolku. Meqi Melda terasa agak sempit tapi enak sekali rasanya.
Akhirnya kutekan penuh pinggangku sehingga kontolku masuk
semua ke meqinya.
“auuhh..mas..aaaahhhh..!!” desah Melda sambil mempererat
pelukannya.
Aku mulai menggenjotnya perlahan, lalu tambah cepat, lalu
pelan lagi, terus menerus. Melda nampak merem-melek sambil terus mendesah
menikmati genjotanku. Setelah bosan posisi itu aku segera bangkit dan kucabut kontolku
lalu kutekuk kaki Melda keatas. Kemudian sambil jongkok kumasukkan kontolku
lagi dan kembali kugenjot.
“ooowhhh…punyamu keras sekali masss…aaahhh…aku suka…uuuhh..”
kata Melda disela desahannya.
“Punyamu juga enak, Mel..” jawabku sambil terus
menggenjotnya. Payudara Melda bergerak naik-turun seiring genjotanku, segera
kuraih keduanya dan kuremas-remas perlahan. Melda jadi semakin terangsang dan
mendesah-desah tak karuan.
Beberapa lama kemudian kucabut kontolku dan membalikkan
badan Melda supaya nungging.
“Jangan lewat pantat, mas… Gak mau..” kata Melda kuatir,
Agen Poker Online.
“Gak, Mel.. Tenang aja..” jawabku.
Segera kumasukkan kontolku lagi ke meqinya setelah Melda
dalam posisi nungging langsung amblas ke dalam, Melda melenguh panjang
“uuuuuugghhhh…masssshh.. “.
Segera kugenjot Melda dalam posisi doggy, dia tambah mendesah-desah
tak karuan. Rupanya posisi ini memberikan sensasi yang hebat buat dia. Benar
saja, tak sampai 5 menit dia mengalami orgasme lagi sampai wajahnya
tertelungkup ke lantai. Posisi seperti ini membuat dia jadi lebih tinggi
nunggingnya. Aku pun berhenti dan berdiri. Kumasukkan lagi kontolku ke meqi
Melda yang sedang nungging. Bleeesss….. Langsung kugenjot lagi dengan irama
biasa dan lama-lama menjadi cepat. Melda kembali mendesah-desah tak karuan. Dia
nampaknya pasrah mau dibuat seperti apa.
Setelah puas kulepas kontolku lalu kubaringkan Melda lagi di
lantai. Kutindih dia lagi dengan posisi misionaris. Kembali kuhujamkan kontolku
kedalm meqinya. Langsung kugenjot cepat karena aku sudah tidak tahan ingin segera
menyemburkan maniku. Melda rupanya paham dengan maksudku, kakinya segera
melingkar di pinggangku dengan erat. Rasanya semakin enak sekali meqi Melda.
Terus kupercepat genjotanku sambil berbisik ke Melda, “Keluarin diluar atau
dalam, Mel..?”
“Terserah, mas…aku gak peduli, ah..” jawab Melda disela-sela
deshan nafasnya yang memburu. Pikiranku sempat bimbang juga, aku gak mau kalo
Melda sampai hamil juga. Bisa panjang sekali nanti urusannya, pikirku.
Lalu kulepaskan lilitan kaki Melda di pinggangku dan
kunaikkan ke depan dadanya, terus kugenjot lagi dia dengan cepat. Melda semakin
hebat menggelinjangnya menandakan dia hampir sampai orgasme. Semakin kupercepat
genjotanku karena kurasakan sesuatu akan segera menyembur.
“Massss…massss…uuuhhh…aa agghh..uuuhhhhhhhh.. .maassss…!!!”
Melda memekik tanda dia sudah orgasme lagi. Kupercepat lagi genjotanku sampai
terasa klimaks. Sebelum laharku menyembur, kulepas kontolku dari meqi Melda dan
beringsut ke atas badan Melda. Aku sudah tidak tahan, akhirnya..
“aaaahhhh… Mel…aku keluarrrr…!!” dan..
Crot..crot..crot..crot.. Beberapa kali aku menyemburkan maniku di dada dan
wajah Melda. Dia tidak menolak sama sekali, bahkan ikut mengocok kontolku dan
itu membuatku semakin kegelian.
Tak lama kemudian Melda meraih t-shirtnya dan membersihkan
cairan maniku di wajah dan dadanya. Aku pun berbaring di sisinya. Lalu Melda
memelukku sambil berkata, “Terima kasih ya mas, pengalaman ini indah sekali…”
“Sama-sama, Mel… Kamu suka..?”
“Ehhmmmm…, baru kali ini aku merasakan seperti ini. Dulu
sama mantanku gak kayak gini. Payah dia, cuma mau enaknya sendiri..” sungut
Melda.
Setelah ngobrol-ngobrol sejenak sambil berbaring di lantai
kami pun segera mengenakan baju dan aku juga berkemas bersiap-siap untuk pulang.
Sebelum membuka pintu Melda memegang tanganku dan memberikan ciuman di pipiku,
baru kami keluar dan turun. Di bawah nampak Linda sedang berdiri di depan
kantornya. Dia agak terkejut melihat kami berdua.
“Lho, dari mana aja kalian dari tadi..?” tanya Linda. Aku
baru ingat ternyata tadi cukup lama juga aku dengan Melda. Makan + ngobrol
kira-kira 1 jam-an, sesi foto 1,5 jam-an, sesi ‘bercinta’ hampi 1 jam-an,
istirahat 30 menitan, kira-kira 4 jam lebih!
“Dari atas lah…emang mau dari mana lagi..” jawab Melda.
Kulirik Melda nampak dia mengerlingkan sebelah mata ke Linda dan kulihat raut
Linda jadi berubah agak melongo dan bertanya-tanya. Wah, jangan-jangan Melda
nanti cerita ke Linda tentang peristiwa tadi. Tapi kubuang pikiran itu dan
segera berpamitan pada mereka berdua.
Aku pun pulang dengan perasaan puas sekali. Hunting foto yang
akhirnya dapat obyek bagus dan plus bonusnya.
Sejak itu Melda kadang kontak kalau sedang ingin ditemani,
entah untuk teman ngobrol atau ‘yang lain’.
LautanBola88 & LautanPoker88 Adalah Agen Resmi Judi Online BOLA, CASINO, SBOBET, MAXBET, IBCBET, POKER, SAKONG, CAPSA, CEME, DOMINO, TOGEL Online Terbesar, Terpercaya, Dan Terbaik No 1 Di INDONESIA Dengan Pelayanan 7x24 Jam. Pendaftaran & Deposit 24jam, Bisa Melalui Bank BCA, MANDIRI, CIMB NIAGA, BNI, BRI.
- Minimal Deposit POKER Hanya Rp 25.000
- Minimal Deposit BOLA & CASINO Hanya Rp 50.000
- Withdraw / Tarik Dana 24jam
- BONUS NEW MEMBER 30%
- Bonus Cashback 7%
- Bonus Turnover (0.25% Sport) & ( 0.7% Live Casino)
- Bonus Refferal 5% Seumur Hidup
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami di:
Whatsapp: +855 7795 6733
BBM: LAUTANBOLA
LINE ID: LAUTANBOLA
Telegram: +855 7795 6733
LautanBola88 | LautanPoker88
LautanCinta
LAUTANBOLA88 LAUTANPOKER88 Agen Sbobet Terbesar TerpercayaLAUTANBOLA88 LAUTANPOKER88 Agen Bola Terbesar, Agen Bola Terpercaya, Agen Poker Terpercaya, Agen Sbobet Casino Terpercaya, Agen Bola Terpercaya, Agen Poker Terpercaya, Agen Sbobet Terpercaya, Agen Bola Terbesar, Agen Bola Terbaik, Capsa Susun, Bandar Bola Terbesar, Bandar Bola Terpercaya, Agen Sbobet Terbesar, Agen Sbobet Terbaik, Agen Poker Terbesar, Agen Poker Terbaik. Agen Bola Poker Casino, Sbobet, Terbaik Dan Terbesar di INDONESIA.
0 comments:
Post a Comment