Aku Melayani Nafsu Teman-Teman Ku

by March 26, 2019 0 comments
LautanBola88


LautanBola88 - Aku begitu merasakan kecewa dengan suami ku lantaran aku harus melayani nafsu teman-teman nya demi bisa membayar hutang suami ku kepada teman nya.

Pernikahan itu sendiri memang berlangsung mewah untuk seukuran desaku. Orangtua Rangga adalah petani tembakau. Rangga anak kedua dari tiga bersaudara. Rangga bersekolah di kota Semarang sejak kecil hingga lulus SMU. Dian namaku, Sejak kecil hingga tamat SMU aku bermukim di Salatiga.

Orangtuaku nyaris tak pernah mengajakku bepergian, bahkan kota Semarang dan Yogyakarta kuketahui lewat wisata sekolah. di desa, aku digunjingkan sebagai perawan tua karena hingga usia 26 tahun aku belum juga mendapat jodoh.

“Dian, umurmu sudah tua, kok belum dapat jodoh juga. Kamu akan bapak jodohkan sama anak teman Bapak ya,” kata Bapakku suatu kali. “Inggih Pak, kulo nderek mawon,” jawabku menyetujui usulan Bapak.

Dua bulan kemudian undangan pernikahanku sudah beredar, namun tak sekalipun aku bertemu dion, paling hanya lewat foto yang dibawa oleh Bapakku. “Rangga belum bisa cuti kerja, nanti saja cutinya diambil sekalian hari pernikahan,” alasan Bapakku saat kutanya kenapa Rangga tak bertandang ke rumah kami. Kan aku ingin berkenalan dengan calon suamiku.

Pernikahan kami berjalan lancar, tetamu banyak berdatangan membawa kado bermacam-macam, hampir sebagian besar alat rumah tangga. Kami juga menanggap wayang kulit, pertunjukan kesenian Jawa Tengah yang didalangi oleh Ki Bondo ahli pewayangan di desa kami. Pokoknya pernikahan kami meriah dan berkelas untuk ukuran desa kami.

Malam usai pernikahan, Rangga tak menyentuhku. “Aku lelah, ngantuk. Aku meh turu,” tegasnya langsung tertidur. Aku hanya diam dan malu karena harus berbagi ranjang dengan pria yang baru kukenal tadi pagi saat akad nikah. Dalam diam kupandangi wajah Rangga, berwajah persegi empat, dengan rahang tegas, rambut sedikit berombak. Dengkuran kecil mengiringi tidur lelapnya.

Hanya tiga hari Rangga di rumah, kemudian diajaknya aku ke kota Semarang menuju kediamannya. Rangga kontrak disebuah rumah kecil tanpa halaman dan mempunyai satu kamar tidur, satu ruang tamu, dapur sekaligus ruang makan dan satu kamar mandi. Cukuplah rumah itu bagi kami berdua. Sejak menikah praktis aku di rumah saja, Rangga berangkat kerja pagi dan pulang pukul tujuh malam. Rangga mengaku bekerja di perusahaan garmen, entah bagian apa.

Baru dua bulan pernikahan, Rangga di PHK karena order garmen perusahaannya tempat bekerja mengalami kesulitan. Banyak pesanan yang datang dari Amerika dibatalkan, alasannya Amerika sedang dilanda krisis keuangan. Hal tersebut berdampak pada perusahaan tempat Rangga bekerja. Rangga bersikukuh tak mau pulang ke Desa, Agen Sbobet Terbaik LautanBola88.

“Kita harus ke Jakarta, mengadu nasib di sana. Kita akan tinggal di rumah teman-teman saya. Pokoknya kamu diam dan ikut saya,” tegas Rangga meyakinkanku. Yang namanya istri ya nurut suami, apalagi aku tak bekerja, jadi tak ada alasan untuk menolaknya.

di Jakarta kami tinggal di bilangan Tanjung Priok, menumpang di sebuah rumah kontrakan milik Rudi, teman Rangga. Di rumah tersebut hanya Rangga yang membawa istri, yang lain lajang. Yang tadinya Rangga perhatian dan terlihat mencintaiku kini mulai berubah. Apalagi sejak tiap malam Rangga bermain kartu dengan teman-temannya. Jika kuingatkan untuk tak berlama-lama bermain kartu, Rangga malah marah.

“Dian, seharian aku berjalan kaki putar-putar cari lowongan kerja, tak satupun diterima. Aku hanya menghilangkan lelah dengan bermain kartu,” urainya. Aku terdiam dan rebahan di kamar menunggu Rangga.

Hingga suatu hari Rangga mendadak masuk kamar dan mendekapku erat sambil berbisik “sayang, tolonglah suamimu ini. Aku kalah main kartu. Aku berusaha untuk mengalahkan Rudi namun makin hari kekalahanku makin besar hingga lima juta. Jika tak kubayar kita akan diusirnya dari rumah ini, tolonglah aku Dian….”


“Bagaimana bisa mas? Uang kita hanya tinggal tiga setengah juta, dan ku upayakan untuk makan seirit mungkin agar mencukupi kebutuhan makan kita, Mas Rangga kan belum dapat kerja. Bagaimana mungkin kita membayarnya, dengan apa mas?” mulai terisak sekaligus kebingungan menerpaku.

Dian sayangku, kali ini mas benar-benar meminta tolong padamu, biarkan Rudi tidur denganmu malam ini hingga besok pagi. Utang tersebut akan lunas,” papar Rangga. Aku tak mampu berkata-kata. Aku menangis lirih, tapi hanya inilah yang dapat membantu suamiku dari masalahnya. Aku mengangguk pelan menyetujui permintaannya.

Malam itu, Rudi masuk kamar, dan berdiam diri di sebelahku. “Bukan seperti ini Dian, bukan permintaanku Dian, tapi suamimu yang mengusulkan sebagai pelunas hutangnya. Aku tak bisa membiarkanmu terlibat dalam hutang suamimu, Dian,” parau suara Rudi.

“Aku menyetujuinya kok Mas Rudi, tapi besok pagi seluruh hutang mas Rangga lunas ya,” bisikku tak kalah parau. Entah siapa yang memulai, kami berpagutan dan saling menindih, berguling tanpa suara. Jujur saja, malam itu aku mendapat kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh Mas Rudi.

Dengan tangannya, dengan lidahnya, Mas Rudi memuaskanku. Subuh aku terbangun dan memintanya lagi dan Mas Rudi memberiku kepuasan tak berkesudahan dan Mas Rudi pun mengakui bahwa memek ku ini sangat berbeda dengan yang lain karena masih rapet.

Sesekali karena aku sudah sering melayani Mas Rudi , terkadang aku meminta Mas Rudi untuk melayani nafsu ku, dikarenakan Mas Rudi jago sekali membuat aku horny dan memek ku sangat nikmat ketika kontol mas Rudi dimasukan

“Mas Rangga, aku tak mau membahasnya. Aku sudah berkorban melunasi hutangmu, jangan bertanya-tanya lagi tentang tadi malam,” hardikku kesal kepada Mas Rangga saat dia menanyakan perihal yang kukerjakan tadi malam bersama Mas Rudi.

Ternyata, pembayaran hutang tersebut tak berhenti hingga disitu. Kawan-kawan Mas Rangga yang lain membujuk suamiku agar aku melayani hasratnya dengan bayaran satu juta semalam. Mas Rangga setuju karena hingga berbulan ini dia belum mendapat pekerjaan. Kami terjepit masalah ekonomi namun dengan cara ini kesulitan keuangan kami dapat teratasi sementara.

Maka hampir setiap malam aku melayani teman-teman Mas Rangga yang kos di rumah kontrakan Mas Rudi, aku menikmati belaian setiap pria tersebut. Aku menikmati cumbuan panas itu. Aku belajar bercinta dengan selusin pria. Dan tiap malam pria-pria tersebut meniduriku minimal dua kali. Aku mendapatkan uang yang cukup hingga mampu untuk pergi mencari kontrakan rumah sendiri, Agen Poker Terpercaya LautanBola88.

Setelah aku pindah rumah, aku tak lagi melayani jasa seksual pria hidung belang. Aku menjadi istri setia kembali, toh Mas Rangga sudah bekerja sekarang walaupun hanya sekedar supir pribadi seorang pengusaha China. Tapi gaji, bonus dan tunjangan kesehatannya cukup untuk menghidupi kami.

Aku dan Mas Rangga tak sekalipun pernah membahas kejadian tersebut hingga kini, kami melupakannya.


LautanBola88 & LautanPoker88 Adalah Agen Resmi Judi Online BOLA, CASINO, SBOBET, MAXBET, IBCBET, POKER, SAKONG, CAPSA, CEME, DOMINO, TOGEL Online Terbesar, Terpercaya, Dan Terbaik No 1 Di INDONESIA Dengan Pelayanan 7x24 Jam. Pendaftaran & Deposit 24jam, Bisa Melalui Bank BCA, MANDIRI, CIMB NIAGA, BNI, BRI.

- Minimal Deposit POKER Hanya Rp 25.000
- Minimal Deposit BOLA & CASINO Hanya Rp 50.000
- Withdraw / Tarik Dana 24jam
- BONUS NEW MEMBER 30%
- Bonus Cashback 7%
- Bonus Turnover (0.25% Sport) & ( 0.7% Live Casino)
- Bonus Refferal 5% Seumur Hidup

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami di:
Whatsapp: +855 7795 6733
BBM: LAUTANBOLA
LINE ID: LAUTANBOLA
Telegram: +855 7795 6733

LautanBola88   |   LautanPoker88


LautanCinta

LAUTANBOLA88 LAUTANPOKER88 Agen Sbobet Terbesar Terpercaya

LAUTANBOLA88 LAUTANPOKER88 Agen Bola Terbesar, Agen Bola Terpercaya, Agen Poker Terpercaya, Agen Sbobet Casino Terpercaya, Agen Bola Terpercaya, Agen Poker Terpercaya, Agen Sbobet Terpercaya, Agen Bola Terbesar, Agen Bola Terbaik, Capsa Susun, Bandar Bola Terbesar, Bandar Bola Terpercaya, Agen Sbobet Terbesar, Agen Sbobet Terbaik, Agen Poker Terbesar, Agen Poker Terbaik. Agen Bola Poker Casino, Sbobet, Terbaik Dan Terbesar di INDONESIA.

0 comments:

Post a Comment