Lautanbola88 – berawal ketika aku pacaran dengan Sari. Sari adalah
seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih
mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya… kira-kira berukuran 34 lah.
Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja
kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks. Sari memiliki dua orang adik perempuan yang
cantik. Adiknya yang pertama, namanya Nia, juga mempunyai kulit yang putih
mulus.
Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut
kakaknya, ukurannya 36B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku
sedang ngapel ke rumah Sari. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang
berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya
memegang payudaranya. Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP.
Namanya
Tia. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya
semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga
kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang
mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual. Pada suatu hari, saat
di rumah Sari sedang tidak ada orang, aku datang ke rumahnya.
Wah,
pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Sari mengenakan daster dengan
potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan
kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa Agen Bola Sbobet VCD yang baru saja
kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan Sari. Baru saja hendak kupencet
tombol play, tiba-tiba Sari menyodorkan sebuah VCD porno. “Hei, dapat darimana
sayang?” tanyaku sedikit terkejut.
“Dari
teman. Tadi dia titip ke Sari karena takut ketahuan ibunya”, katanya sambil
duduk di pangkuanku. “Nonton ini aja ya sayang. Sari kan belum pernah nonton
yang kayak gini, ya?” pintanya sedikit memaksa. “Oke, terserah kamu”, jawabku
sambil menyalakan TV. Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas
demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras.
Menusuk-nusuk pantat Sari yang duduk di pangkuanku.
Sari
pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan. “Ehm,
kamu udah terangsang ya sayang?” tanyanya sambil mendesah dan kemudian mengulum
telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. Lalu tanpa basa-basi kuraih
bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu.
Jari-jemari Sari yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras. Lalu
beberapa saat kemudian, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat.
Segera saja Sari kugendong menuju kamarnya.
Di
kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan foreplay. Kuremas payudaranya yang
kiri. Sedangkan yang kanan kukulum putingnya yang mengeras. Kurasakan
payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar
menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut.
“Aahh… ahh… sa.. sayang, Sari udah nggak kuat… emh… ahh… Sari udah mau keluar…
aackh… ahh… ahh!” Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah
itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya.
Tangan
Sari meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya
memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan
buah pelirku, Sari mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang
mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi kuakui sedotannya memang
nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Sari
memainkan puting susuku.
Sehingga
membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak
mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih
perawan itu. Saat kami sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku
dan Sari terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya.
Keduanya spontan berteriak kaget. “Kak Sari, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan
Mama?” teriak Tia. Sedangkan Nia hanya menunduk malu. Aku dan Sari saling
berpandangan. Kemudian aku bergerak mendekati Tia.
Melihatku
yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Tia berteriak
tertahan sambil menutup matanya. “Iih… Kakak!” jeritnya. “Itunya berdiri!”
katanya lagi sambil menunjuk penisku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah
lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, “Tia, Kakak sama Kak Sari
kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya…
kayak begini ini.
Nanti
kalo Tia dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Tia udah bisa apa
belum?” tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. Tia menggeleng perlahan.
“Mau nggak Kakak ajarin?” tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang
padat. “Mmh, Tia malu ah Kak”, desahnya. “Kenapa musti malu? Tia suka nggak
sama Kakak?” kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut
halus.
“Ahh,
i.. iya. Tia udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Sari”,
jawabnya sambil memejamkan mata. Tampaknya Tia menikmati ciumanku di lehernya.
Setelah puas menciumi leher Tia, aku beralih ke Nia. “Kalo Nia gimana? Suka
nggak ama Kakak?” Nia mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk. “Ya udah.
Kalo gitu tunggu apa lagi”, kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat
tidur.
Nia duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh
untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu
sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Nia mau juga. Bahkan setelah beberapa
kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Nia tampaknya sangat menikmati
tugasnya itu. Sementara Nia sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Tia.
“Tia, bajunya Kakak buka ya?” pintaku sedikit
memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu
kulanjutkan dengan membuka roknya.
Ketika
roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah. Segera saja kulumat
bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Tia pun
kemudian melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku
bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku. “Jangan Kak,
malu.
Dada
Tia kan kecil”, katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan
tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca.
Sementara aku ada di belakangnya. “Dibuka dulu ya!” kataku membuka kancing
BH-nya sambil menciumi lehernya. Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai,
payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat
muda dan sudah mengeras itu.
“Nah,
kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian
kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil. Nanti kalo udah
gede, dada kamu pasti ikutan gede juga”, kataku sambil mengusapkan penisku ke
belahan pantatnya. Tia mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku.
Tangannya
terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera
kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu
kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di
tangannya. Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan
lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Nia kusuruh untuk
meremas-remas payudaranya adiknya itu.
“Aahh…
ach… ge… geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh…
aahh… ahh.” Setelah puas dengan vagina Tia. Aku menarik Nia menjauh sedikit
dari tempat tidur. Sari kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Sari menyuruh
Tia menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Nia.
Kubuka
kaos ketatnya dengan terburu-buru. Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga
payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku. “Wow, tete kamu bagus
banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen”, godaku sambil
meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar.
Sedangkan
Nia hanya tersenyum malu. “Ahh, ah Kakak, bisa aja”, katanya sambil tangan kirinya
mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku. Melihat dia
kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil
mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku.
Karena
kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang
benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Sari.
Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai
melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. Begitu terbuka, terlihat bulu
kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Sari, sehingga membuatku
sedikit kesulitan melihat vaginanya.
Setelah
kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Nia mengangkang lebih
lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya.
Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. Nyaman sekali
pikirku. “aahh, Kak… Nia mau pipiss…” erangnya sambil meremas pundakku.
“Keluarin aja. Jangan ditahan”, kataku. Baru selesai ngomong, dari vaginanya
terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh
pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati.
Hangat.
Setelah selesai, kuajak Nia kembali ke tempat tidur. Kulihat Sari dan Tia
sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya
masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya keduanya
sudah sempat ejakulasi. Karena Sari adalah pacarku, maka ia yang dapat
kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Dian nungging.
“Sayang,
Sari udah lama nunggu saat-saat ini”, katanya sambil mengambil posisi nungging.
Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian mengecup penisku dengan
mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit
membuka.
Lalu
mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi
tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam.
“Aachk! Sayang, sa… sakit! aahhck… ahhck…” Dian mengerang tetapi aku tak
peduli. Penisku terus kuhunjamkan.
Sehingga
akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku
sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi.
Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan
penisku untuk bergerak. Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya
menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Makin
kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Sari menggeliat dengan liar dan mengerang
dengan keras. Kemudian tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu.
Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Sari sudah
ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya.
Terlihat
ada cairan yang menetes dari vaginanya. “Kok ada darahnya sayang?” tanya Sari
terkejut ketika melihat ke vaginanya. “Kan baru pertama kali”, balas Sari
mesra. “Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?” kataku
menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Tia. Sari cuma tersenyum dan
setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Nia. Sambil mengambil posisi mengangkang
di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. Kusuruh mengulum sebentar. Lalu
kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya.
Kemudian kudekatkan kedua payudaranya sehingga
menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan.
“Ooh… Nia, hangat sekali. Seperti vagina”, kataku sambil memaju-mundurkan
pinggulku. Nia tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian yang terdengar dari
mulutnya
hanyalah desahan kenikmatan. Setelah beberapa saat mengocok
penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya.
“Dimasukin sekarang ya?” kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir
kewanitaannya.
Kusuruh
Nia lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam
kewanitaannya. Dibanding Sari, vagina Nia lebih mudah dimasuki karena lebih
lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. Sama
seperti kakaknya, Nia sempat mengerang kesakitan.
Tapi
tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang belum
pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu.
Kupercepat kocokanku. “Aahh… aahh… aacchk… Kak terus Kak… ahh… ahh… mmh… aahh…
Elsa udah mau ke… keluar.” Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan
semakin kupercepat kocokanku. “Aahh… Kak… Nia keluar! mmh… aahh… ahh…” Segera
kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang
sangat banyak.
“Nia,
nikmat khan?” tanyaku sambil menyuruh Tia mendekat. “Enak sekali Kak. Nia belum
pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Nia ngerasain lagi?” tanyanya
dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya. Aku mengangguk.
Dengan gerakan lamban, Nia pindah mendekati Sari.
Yang
kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Sari. “Nah, sekarang giliran kamu”,
kataku sambil merangkul pundak Tia. Kemudian, untuk merangsangnya kembali,
kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya
berdegup dengan keras. “Tia jangan tegang ya. Rileks aja”, bujukku sambil membelai-belai
vaginanya yang mulai basah. Tia cuma mengangguk lemah.
Kubaringkan
tubuhku. Kubimbing Tia agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan
vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh
nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian, “Kak… aahh…
ada yang… mau… keluar dari memek Tia… aahh… ahh”, erangnya sambil
menggeliat-geliat. “Jangan ditahan Tia. Keluarin aja”, kataku sambil meringis
kesakitan.
Soalnya
tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong,
vaginanya mengalir cairan hangat. “Aahh… aachk… nikmat sekali Kak… nikmat…”
jerit Tia dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri. Setelah kujilati
vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat
pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya.
Kubuka
vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya
sempit sekali. Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit.
Tia mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya.
Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku
masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke
vaginanya.
Hentakan
yang cukup keras tadi membuat Tia menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa
sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Tia
merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Tia mulai
menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam
menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik
turun.
“Aahh…
aahh… aachk… Kak… Tia… mau keluar… lagi”, katanya sambil terengah-engah.
Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih
hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Tia terkulai lemas dan
memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan
mesra. Setelah kududukkan Tia di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar
mendekat.
Kemudian
aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku
dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum
penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin
cepat. Dan akhirnya, crooottt… croott… creet… creet! Air maniku memancar banyak
sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu.
Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak.
Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air
mani yang masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri
bergantian. Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku.
Tia di kananku, Nia di samping kiriku, sedangkan Sari tiduran di tubuhku sambil
mencium bibirku.
Kami
berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku
berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan AgenPoker Online tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. That
was the best day of my live.
LautanBola88 & LautanPoker88 Adalah Agen Resmi Judi Online BOLA, CASINO, SBOBET, MAXBET, IBCBET, POKER, SAKONG, CAPSA, CEME, DOMINO, TOGEL Online Terbesar, Terpercaya, Dan Terbaik No 1 Di INDONESIA Dengan Pelayanan 7x24 Jam. Pendaftaran & Deposit 24jam, Bisa Melalui Bank BCA, MANDIRI, CIMB NIAGA, BNI, BRI.
- Minimal Deposit POKER Hanya Rp 25.000
- Minimal Deposit BOLA & CASINO Hanya Rp 50.000
- Withdraw / Tarik Dana 24jam
- BONUS NEW MEMBER 30%
- Bonus Cashback 7%
- Bonus Turnover (0.25% Sport) & ( 0.7% Live Casino)
- Bonus Refferal 5% Seumur Hidup
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami di:
Whatsapp: +855 7795 6733
BBM: LAUTANBOLA
LINE ID: LAUTANBOLA
Telegram: +855 7795 6733
LautanBola88 | LautanPoker88
0 comments:
Post a Comment